Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan
- CGP dapat mengidentifikasi perbedaan antara coaching dengan mentoring dan konseling dalam konteks pendidikan
- CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang Komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching
- CGP dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang efektif dalam rangka coaching pada murid
- CGP mendemonstrasikan pemahaman mengenai model coaching TIRTA
- CGP mengidentifikasi langkah-langkah dalam model coaching TIRTA
- CGP mampu menganalisa setiap proses coaching dan mengeksplorasi teknik yang digunakan dalam coaching.
- Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan
- Komunikasi Yang Memberdayakan
- TIRTA Sebagai Model Coaching.
2.3.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Konsep Coaching Dalam Konteks Pendidikan
Para ahli mendefinisikan coaching sebagai:
- sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999)
- kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)
- Adanya kolaborasi antara coach dan coachee yang berorientasi pada hasil dan sistematis
- Coach menfasilitasi peningkatan performa kerja,pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi coachee
- Coaching lebih kepada membandtu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.
Ya, Saya pernah mempraktikkan coaching terhadap murid saya yang mempunyai hobby bolos sekolah (terjadi sebelum pandemi). Pada saat anak tersebut masuk sekolah saya sebagai guru dan juga wali kelasnya mengajak ngobrol berdua di depan kelas, dengan posisi santai, dan obrolan saya awali dengan menanyakan kabar, dan perasaan murid tersebut. Saya mendengarkan keluhan, curhatan, sampai pada akhirnya saya mengetahui penyebab anak tersebut tidak mau sekolah. Kemudian saya menanyakan tentang beberapa solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Akhirnya kita berdiskusi dan mendapatkan kesepakatan solusi supaya anak tersebut rajin ke sekolah.
Pada musim pandemi, saya melakukan couching terhadap murid yang tidak mau mengerjakan tugas- tugas Biologi dari saya, mencoba menggali apa masalahnya, kemudian murid tersebut menjawab pertanyaan reflektif supaya dapat menemukan solusi terbaik dari beberapa solusi alternatif. Yang akhirnya membuat murid tersebut dapat mengerjakan tugas Biologi semuanya dengan tuntas.
Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:
“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:- Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
- Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.
- Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.
- Harus berlatih untuk bisa menjadi pendengar yang baik
- Berusaha untuk bisa berempati dengan keadaan lawan bicara
- Mencari waktu yang tepat untuk bisa berbicara dan mencari solusi yang terbaik dari diskusi dengan lawan bicara (posisi berada di tengah (netral))
Bacalah kutipan berikut ini. Tuliskan pemahaman Anda
I know that you believe you understand what you think I said but I am not sure you realise that what you think you heard and it is not what I meant
~ Alan Greenspan
Apa yang Anda tangkap dari kutipan ini? Ceritakan pemahaman Anda dengan bahasa Anda sendiri.Ketika kita mendengarkan lawan bicara kita, hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain:
- Pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat
- Emosi dan perasaannya
- Pikirannya
- Bahasa tubuh dan mimik wajah
- Nila-nilai yang menghidupi diri mereka
- Usaha dan hasil yang dicapai
- Materi lainnya yang disampaikan
Selanjutnya, buatlah 2 contoh Pertanyaan terbuka
Coba ceritakan apa saja kendala kamu selama ini?
Mengapa kamu berpikir seperti itu?
Buatlah 2 contoh Pertanyaan yang berfokus pada tujuan
Dari pilihan yang sudah kita diskusikan, mana yang kamu pilih dan mengapa?
Setelah lulus nanti, apa yang menjadi tujuan hidupmu?
Buatlah 2 contoh Pertanyaan refleksi
Dari evaluasi yang kamu buat, coba jelaskan apa hal- hal yang perlu kamu perbaiki untuk meningkatkan performa kamu?
Bagaimana hasil analisi kekuatan dan kelemahan program OSIS yang telah kamu buat?
Buatlah 2 contoh Pertanyaan eksplorasi
Seberapa yakin kamu meneruskan usaha yang sudah dijalankan oleh orang tuamu?
Apa yang akan terjadi jika pilihan A yang kamu ambil?
Buatlah 2 contoh Pertanyaan mengukur pemahaman
Jelaskan hal-hal yang diperlukan sup[aya rencanamu berhasil?
Dari hal yang sudah dipaparkan, apa yang akan menjadi tantangan mu sekarang?
Buatlah 2 contoh Pertanyaan Aksi
Kriteria kesuksesan menurut kamu apa?
Apa dukungan yang kamu perlukan untuk mencapai kesuksesan?
Setelah Anda memahami dan mempraktekan cara membuat pertanyaan yang efektif, kita juga perlu tahu beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya kita hindari dalam proses coaching karena bentuk pertanyaan tersebut dapat menghambat keberhasilan coachee dalam proses coaching.
1. Pertanyaan tertutup
Jenis pertanyaan ini hanya akan membuat coachee menjawab dengan Ya dan Tidak, atau hanya berespon dengan 1 kata. Jika pertanyaan Coach seperti demikian maka pikiran coachee akan kurang atau bahkan tidak terstimulasi. Coachee akan mendapatkan hambatan dalam mengeksplorasi pilihan dan potensi mereka untuk bergerak maju dan membuat aksi.
JIka kita bertanya: “Apa kamu akan melanjutkan pendidikan ke universitas negeri?”, Murid kita akan cenderung menjawab ”Ya” atau hanya mengangguk.
Namun jika kita bertanya, “Apa yang sudah kamu rencanakan untuk studimu setelah lulus SMA?”, murid kita akan terstimulasi untuk memberikan jawaban yang terelaborasi.
2. Pertanyaan yang mengarahkan
Pertanyaan ini seperti menyiratkan jawaban yang kita harapkan keluar dari respon coachee. Kecenderungan seorang guru dalam bertanya adalah dengan memberikan arahan sehingga murid kita mampu menjawab sesuai yg diharapkan. Dalam menerapkan pendampingan dengan pendekatan coaching di sekolah, peran yang sedemikian harus kita tanggalkan.
Ingat bahwa dalam coaching, tugas coach adalah memfasilitasi coachee untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, bukan yang coach inginkan.
Contoh pertanyaan mengarahkan: “Sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan sosial yang kamu rancang.”
Pertanyaan alternatif: “Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita diskusikan saat ini, mana yang perlu kita bahas terlebih dahulu?”
Contoh lainnya: “Kamu tidak jadi mengambil kursus memasak kan?”
Pertanyaan alternatif: “Apa manfaat yang akan kamu dapat jika kamu mulai kursus memasak?”
D. Umpan Balik Positif
Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan.
Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi. Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):
1. Langsung diberikan saat komunikasi.
Contoh: “Wah bagus ucapanmu yang baru saja kamu sampaikan.”
2. Spesifik – fokus pada apa yang dikatakan
Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”
3. Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan
Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa mendapatkan alternatif dari situasi ini.”
4. Apresiasi – menyertakan motivasi positif
Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan tantangan ini.”
Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi keunikan coaching.
TIRTA kepanjangan dari
T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)
Kendala yang mungkin saya hadapi adalah mengajak murid untuk membuat rencana aksi terhadap solusi dari masalah yang dihadapi oleh murid saya, karena keberhasilan rencana akan membuat keberhasilan proses coaching. Jadi saya harus ekstra mengarahkan supaya rencana itu berasal dari murid saya bukan berdasarkan dari saran saya, kelemahan saya adalah saya selalu ingin membantu murid saya, hal ini yang bisa menjadi kendala murid saya dapat mandiri. Karena tujuan dari coaching adalah mengarahkan bukan mengajarkan.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomemtar sesuai dengan topik artikel yang di bahas. Tidak boleh memasang link.