- Pemahaman tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menjadi landasan transformasi pendidikan Indonesia yang berpihak pada anak, sebagai berikut:
- Makna dari kata ‘menuntun’
- Peran menuntun sesuai sistem among
- Makna dari “merdeka”
- Kodrat anak tentang bermain yang adalah sama dengan belajar
- Pendidikan yang berpihak / menghamba pada anak
- Konsep budi pekerti
- Anak bukan tabularasa
- Analogi petani untuk menjelaskan kodrat anak
- Pemahaman tentang Pendidikan yang Memerdekakan menurut pemikir - pemikir yang selaras dengan pemikiran KHD dan menjadi acuannya (Metode Montessori dan Taman Anak Frobel)
- Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila
- Pemahaman Filosofi KHD menjadi landasan transformasi Pendidikan Indonesia yang berpihak pada anak , sebagai berikut :
Makna dari kata “menuntun” adalah Tindakan mengarahkan atau membimbing seseorang.
Peran menuntun sesuai dengan system among adalah Ki Hajar Dewantara melaksanakan pendidikan budi pekerti dengan cara tut wuri handayani, yang dikenal dengan sistem Among. Artinya, peserta didik harus mampu membangun skill agar berdaya guna. Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa peserta didik harus mampu mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsa yang seimbang. Sistem among juga berusaha untuk tidak melibatkan sistem 'paksaan-paksaan' dalam belajar, melainkan memberi 'tuntutan' kepada anak-anak agar hidup dapat berkembang dengan subur dan selamat. Dengan begitu, sistem among akan menumbuhkan jiwa merdeka bagi setiap Peserta Didik.
Makna dari Merdeka :
Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Merdeka Belajar fokus pada asas kemerdekaan dalam menerapkan materi yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, kebutuhan, dan karakteristik dari peserta didik. "Ki Hajar Dewantara melarang adanya paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdeka serta kreativitasnya. Kemerdekaan yang ada pada diri siswa akan berpengaruh terhadap kemerdekaan siswa lainnya, disinilah letak peran guru sebagai pamong, dan tetap terbuka namun waspada terhadap perubahan yang ada.
Kodrat anak tentang bermain yang adalah sama dengan belajar
Bermain bukan dalam artian belajar sambil bermain namun belajar dalam bermain. Menurut KHD, permainan anak itulah pendidikan. Dalam hal ini pendidik harus memahami bahwa kodrat anak adalah bermain. Melalui permainan, pendidik dapat menuntut tumbuh kembangnya kodrat anak dan mengembangkan budi pekerti anak. Bermain dapat diintegrasikan sebagai bagian dalam pembelajaran di sekolah. Permainan merupakan salah satu sarana untuk pendidikan, seperti yang diterapkan di Taman siswa memakai perpaduan metode Montessori dan Metode Frobel karena pelajaran paca indra dan permainan tidak bisa dipisah.
Pendidikan yang berpihak / menghamba pada anak
Pendidikan yang diterapkan haruslah berpusat pada murid atau menghamba pada sang anak. Hal ini mengandung arti bahwa seorang pendidik harus lebih mementingkan Sang Anak daripada karirnya sendiri. Segala sesuatu yang pendidik lakukan ikhlas dan berpusat pada anak. Pendidik dengan niat ikhlas dan suci hati, terlepas dari segala ikatan berniat menghamba pada Sang Anak.
Konsep Budi Pekerti
Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.
Anak Bukan Tabularasa
Pertama,yaitu anak yang lahir di dunia itu diumpamakan seperti sehelai kertas yang belum ditulis, sehingga kaum pendidik boleh mengisi kertas yang kosong itu menurut kehendaknya. Artinya, si pendidikk berkuasa sepenuhnya untuk membentuk watak atau budi seperti yang diinginkan. Namun, aliran ini merupakan aliran lama yang sekarang hampir tidak diakui kebenarannya di kalangan kaum cendikiawan.
2. Pemahaman tentang Pendidikan yang Memerdekakan menurut pemikir - pemikir yang selaras dengan pemikiran KHD dan menjadi acuannya (Metode Montessori dan Taman Anak Frobel)
- Montessori mementingkan pelajaran panca indra, hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk latihan panca indra dan semua itu bersifat pelajaran.
- Frobel juga mendjaikan panca indra sebagai konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adlah permainan anak-anak, kegembiraan anak, sehingga pelajaran panca indra juga diwujudkan mengjadi barang-barang yang menyenangkan anak. N
- Taman Siswa bisa dikatakan memakai kedua metode tersebut, akan tetapi pelajaran paca indra dan permainan aka itu tidak dipisah, yaitu dianggap satu. Sebab, salam Taman Siswa terdapat kepercayaan bahwa dalam segala tingkah laku dan segala kehidupan anak-anak tersebut sudah diisi Sang Maha Among (Pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.
3. Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila
Pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara masih digunakan hingga saat ini. Semangat merdeka belajar yang sedang dicanangkan memunculkan pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten dalam pendidikan Indonesia yang disebut "Profil Pelajar Pancasila" Adapun dimensi dari profil pelajar pancasila adalah beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri. Profil pelajar Pancasila merupakan karakter yang diharapkan tercipta dalam diri murid, yang mencerminkan perilaku sehari hari dan akhirnya menjadi sebuah pembiasaan. Untuk mendukung tercapainya karakter ini setiap guru perlu menanamkan nilai dan pola pikir sebagai penuntun.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomemtar sesuai dengan topik artikel yang di bahas. Tidak boleh memasang link.