Followers

Saturday, August 24, 2024

Lembar Kerja 3 Modul 2.5 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya PGP Jabar


 

Menurut Cooperrider & Whitney (2005), Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Mereka pun mengatakan bahwa saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang baik dan benar. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan apresiasi atas hal yang sudah berjalan baik. Bila sebuah organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan.

Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)

Satuan pendidikan sebagai sebuah komunitas, mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai seperti yang diisyaratkan dalam standar pengelolaan pendidikan. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, tentu membutuhkan peran seluruh warga sekolah

Apa yang dapat dikelola dari sekolah Bpk/Ibu melalui pendekatan komunitas berbasis aset agar efisien dan efektif?

Pendekatan komunitas berbasis aset (Asset-Based Community Development atau ABCD) adalah metode yang berfokus pada pemanfaatan aset dan potensi yang sudah ada di komunitas untuk menciptakan perubahan positif. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dikelola dari sekolah melalui pendekatan ini agar efisien dan efektif:

1. Sumber Daya Manusia

    • Guru dan Staf: Mengidentifikasi keterampilan dan keahlian unik dari setiap guru dan staf, serta memanfaatkannya untuk mengembangkan program pembelajaran yang inovatif dan efektif
    • Siswa: Menggali potensi dan bakat siswa untuk dilibatkan dalam proyek-proyek sekolah, seperti klub sains, seni, atau olahraga, yang dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi mereka

2. Fasilitas Sekolah

    • Ruang Kelas dan Laboratorium: Mengoptimalkan penggunaan ruang kelas dan laboratorium untuk berbagai kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler. 
    • Perpustakaan: Memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar yang aktif dengan mengadakan program literasi, diskusi buku, dan pelatihan keterampilan

3. Teknologi

    • Perangkat Digital: Menggunakan perangkat digital yang ada, seperti komputer dan proyektor, untuk mendukung pembelajaran interaktif dan e-learning
    • Platform Online: Memanfaatkan platform online untuk kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua, serta untuk mengakses sumber belajar tambahan

4. Komunitas Sekitar

    • Kemitraan dengan Komunitas: Membangun kemitraan dengan komunitas lokal, seperti perusahaan, organisasi non-profit, dan pemerintah daerah, untuk mendapatkan dukungan dalam bentuk dana, fasilitas, atau program pembelajaran
    • Kegiatan Sosial: Melibatkan siswa dalam kegiatan sosial di komunitas, seperti kerja bakti, kunjungan ke panti asuhan, atau proyek lingkungan, untuk mengembangkan rasa tanggung jawab sosial dan keterampilan interpersonal

5. Program Ekstrakurikuler

    • Klub dan Organisasi: Mengembangkan berbagai klub dan organisasi siswa yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, seperti klub sains, seni, olahraga, atau debat
    • Proyek Lingkungan: Mengajak siswa untuk terlibat dalam proyek lingkungan, seperti penanaman pohon, pengelolaan sampah, atau pembuatan kompos, untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan keterampilan praktis

6. Dukungan dari Orang Tua dan Alumni

    • Partisipasi Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah, seperti menjadi narasumber dalam kelas, membantu dalam kegiatan ekstrakurikuler, atau mendukung program sekolah
    • Jaringan Alumni: Memanfaatkan jaringan alumni untuk memberikan inspirasi, bimbingan karir, atau dukungan finansial bagi program-program sekolah

Aset –Aset dalam Sebuah Komunitas

 

Standar sarana dan prasarana merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh sekolah berkaitan dengan tempat belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah, laboratorium, perpustakaan, bengkel kerja, tempat bermain, dan lainnya

 

Apabila sekolah Bpk/Ibu hanya memiliki kriteria minimal dari standar sarana dan prasarana, apa yang dapat dilakukan oleh Ibu/Bpk untuk tetap menghasilkan kualitas pendidikan yang optimal?

Meskipun sekolah hanya memiliki kriteria minimal dari standar sarana dan prasarana, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk tetap menghasilkan kualitas pendidikan yang optimal:

1. Pemanfaatan Sumber Daya yang Ada

    • Optimalisasi Ruang Kelas: Mengatur ruang kelas dengan cara yang mendukung pembelajaran aktif dan kolaboratif. Misalnya, mengatur meja dan kursi dalam kelompok untuk diskusi dan kerja sama.
    • Penggunaan Fasilitas Secara Bergantian: Mengatur jadwal penggunaan fasilitas seperti laboratorium dan perpustakaan agar semua siswa dapat memanfaatkannya secara bergantian.

2. Inovasi dalam Pembelajaran

    • Metode Pembelajaran Aktif: Menggunakan metode pembelajaran aktif seperti diskusi kelompok, proyek berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan keterlibatan siswa.
    • Pembelajaran di Luar Ruangan: Memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah untuk kegiatan pembelajaran di luar ruangan, seperti pelajaran sains di taman atau kegiatan olahraga di lapangan terbuka.

3. Pemanfaatan Teknologi

    • E-Learning: Menggunakan platform e-learning dan aplikasi pendidikan untuk mendukung pembelajaran jarak jauh atau blended learning. Ini dapat membantu mengatasi keterbatasan fasilitas fisik.
    • Sumber Daya Digital: Memanfaatkan sumber daya digital seperti video pembelajaran, e-book, dan materi online lainnya untuk memperkaya proses pembelajaran.

4. Kolaborasi dan Kemitraan

    • Kemitraan dengan Komunitas: Membangun kemitraan dengan komunitas lokal, perusahaan, dan organisasi non-profit untuk mendapatkan dukungan tambahan, baik dalam bentuk dana, fasilitas, maupun program pembelajaran.
    • Kolaborasi dengan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah dan program pembelajaran untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung.

5. Pengembangan Profesional Guru

    • Pelatihan dan Workshop: Menyediakan pelatihan dan workshop bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menggunakan metode pembelajaran inovatif dan teknologi pendidikan.
    • Mentoring dan Coaching: Menerapkan program mentoring dan coaching untuk mendukung pengembangan profesional guru secara berkelanjutan.

6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

    • Pemanfaatan Potensi Guru dan Staf: Mengidentifikasi dan memanfaatkan keterampilan dan keahlian unik dari setiap guru dan staf untuk mengembangkan program pembelajaran yang inovatif dan efektif.
    • Kolaborasi Antar Guru: Mendorong kolaborasi antar guru untuk berbagi praktik terbaik dan mengembangkan program pembelajaran yang inovatif.

7. Evaluasi dan Refleksi

    • Evaluasi Rutin: Melakukan evaluasi rutin terhadap proses pembelajaran dan penggunaan sumber daya untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
    • Refleksi Diri: Mendorong guru dan staf untuk melakukan refleksi diri secara rutin untuk mengevaluasi kinerja mereka dan mencari cara untuk meningkatkan efektivitas penggunaan sumber daya.


1. Apakah perbedaan dari suasana kedua video yang baru saja kita saksikan?

Perbedaan utama antara pendekatan Deficit-Based Thinking dan Asset-Based Thinking terletak pada fokus dan perspektif yang digunakan dalam melihat individu atau komunitas. Berikut adalah perbedaan suasana dari kedua pendekatan tersebut:

Deficit-Based Thinking


  • Fokus pada Kelemahan
    : Pendekatan ini cenderung melihat kekurangan, masalah, dan kebutuhan yang ada pada individu atau komunitas. 
  • Suasana Negatif: Karena fokusnya pada kekurangan dan masalah, suasana yang tercipta sering kali negatif dan pesimis. 
  • Pendekatan Eksternal: Solusi yang diusulkan biasanya berasal dari luar komunitas atau individu, dengan asumsi bahwa mereka tidak memiliki kapasitas untuk mengatasi masalah mereka sendiri

Asset-Based Thinking

  • Fokus pada Kekuatan: Pendekatan ini menekankan pada kekuatan, potensi, dan sumber daya yang dimiliki oleh individu atau komunitas. 
  • Suasana Positif: Dengan fokus pada kekuatan dan potensi, suasana yang tercipta lebih positif dan optimis. 
  • Pendekatan Internal: Solusi yang diusulkan berasal dari dalam komunitas atau individu, dengan asumsi bahwa mereka memiliki kapasitas dan sumber daya untuk mengatasi tantangan mereka sendiri

2. Suasana rapat yang manakah yang termasuk dalam contoh pendekatan berbasis kekurangan dan manakah yang termasuk dalam pendekatan berbasis aset/kekuatan?

Contoh Suasana Rapat dengan Pendekatan Berbasis Kekurangan

    • Fokus pada Masalah: Rapat dimulai dengan daftar masalah dan kekurangan yang dihadapi sekolah, seperti kurangnya fasilitas, rendahnya prestasi siswa, dan keterbatasan anggaran.
    • Nada Negatif: Diskusi cenderung pesimis dan berfokus pada apa yang tidak berjalan dengan baik. Misalnya, “Kita tidak memiliki cukup dana untuk memperbaiki laboratorium sains, dan ini menghambat pembelajaran siswa.”
    • Solusi Eksternal: Solusi yang diusulkan sering kali berasal dari luar komunitas sekolah, dengan asumsi bahwa sekolah tidak memiliki kapasitas untuk mengatasi masalahnya sendiri. Misalnya, “Kita perlu mencari bantuan dari luar untuk menyelesaikan masalah ini.”

Contoh Suasana Rapat dengan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan

    • Fokus pada Kekuatan dan Potensi: Rapat dimulai dengan mengidentifikasi kekuatan dan potensi yang dimiliki sekolah, seperti guru yang berdedikasi, siswa yang berbakat, dan dukungan komunitas.
    • Nada Positif: Diskusi cenderung optimis dan berfokus pada apa yang bisa dilakukan dengan sumber daya yang ada. Misalnya, “Kita memiliki guru yang sangat kreatif dalam mengajar sains. Mari kita manfaatkan keterampilan mereka untuk mengembangkan program pembelajaran yang inovatif.”
    • Solusi Internal: Solusi yang diusulkan berasal dari dalam komunitas sekolah, dengan asumsi bahwa sekolah memiliki kapasitas dan sumber daya untuk mengatasi tantangannya sendiri. Misalnya, “Kita bisa mengadakan program penggalangan dana dengan melibatkan komunitas untuk memperbaiki laboratorium sains.”

3. Selama kita berada di sekolah, pada saat rapat antar guru atau dengan kepala sekolah, biasanya apa yang dibahas? Apakah membahas apa yang menjadi kekurangan sekolah selama ini? Atau membahas soal kekuatan yang dimiliki oleh sekolah? tuliskan pengalaman rapat yang pernah terjadi

Rapat antar guru atau dengan kepala sekolah biasanya mencakup berbagai topik yang penting untuk pengelolaan dan pengembangan sekolah. Berikut adalah beberapa topik umum yang sering dibahas dalam rapat tersebut:

Topik yang Sering Dibahas dalam Rapat Sekolah

    1. Evaluasi Kinerja: Membahas hasil belajar siswa, kinerja guru, dan efektivitas program pembelajaran.
    2. Perencanaan dan Pengembangan: Merencanakan kegiatan sekolah, program ekstrakurikuler, dan pengembangan kurikulum.
    3. Masalah dan Tantangan: Mengidentifikasi dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi sekolah, seperti kekurangan fasilitas, anggaran, atau masalah disiplin siswa.
    4. Kekuatan dan Prestasi: Merayakan keberhasilan dan prestasi yang telah dicapai oleh siswa, guru, atau sekolah secara keseluruhan.
    5. Pengembangan Profesional: Membahas kebutuhan pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru dan staf.
    6. Kolaborasi dan Kemitraan: Mencari peluang untuk kolaborasi dengan komunitas, orang tua, dan organisasi lain.

Pengalaman Rapat yang Pernah Terjadi

Berikut adalah contoh pengalaman rapat yang mungkin pernah terjadi di sekolah:

Contoh 1: Rapat dengan Pendekatan Berbasis Kekurangan

Topik: Evaluasi Kinerja Siswa

    • Diskusi: Rapat dimulai dengan membahas hasil ujian siswa yang kurang memuaskan. Guru-guru mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan hasil yang rendah, seperti kurangnya fasilitas belajar dan keterbatasan waktu untuk mengajar.
    • Nada: Suasana rapat cenderung negatif, dengan fokus pada masalah dan kekurangan yang dihadapi sekolah.
    • Solusi: Kepala sekolah mengusulkan untuk mencari bantuan dari luar, seperti mengajukan permohonan dana tambahan atau mengundang narasumber eksternal untuk memberikan pelatihan.

Contoh 2: Rapat dengan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan

Topik: Pengembangan Program Ekstrakurikuler

    • Diskusi: Rapat dimulai dengan merayakan keberhasilan tim debat sekolah yang baru saja memenangkan kompetisi. Guru-guru kemudian membahas bagaimana memanfaatkan keterampilan dan minat siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
    • Nada: Suasana rapat positif, dengan fokus pada kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh siswa dan guru.
    • Solusi: Guru-guru mengusulkan untuk mengembangkan lebih banyak klub dan organisasi siswa, seperti klub sains, seni, dan olahraga, dengan memanfaatkan keterampilan dan minat yang ada. Kepala sekolah mendukung ide ini dan menawarkan untuk mencari kemitraan dengan komunitas lokal untuk mendukung program tersebut.

4. Begitu juga dengan murid kita, apabila kita mendiskusikan seorang murid bersama sesama rekan guru, biasanya apakah yang kita bahas? Kekurangan atau kenakalan dari murid kita atau kebaikan atau kekuatan yang dimiliki murid kita?

Dalam diskusi tentang murid bersama sesama rekan guru, topik yang dibahas bisa sangat bervariasi. Namun, sering kali, diskusi cenderung berfokus pada kekurangan atau masalah yang dihadapi oleh murid, seperti kesulitan akademis, perilaku yang tidak sesuai, atau tantangan pribadi. Berikut adalah beberapa contoh dari kedua pendekatan tersebut:

Pendekatan Berbasis Kekurangan

    • Fokus pada Masalah: Diskusi sering kali berfokus pada masalah yang dihadapi oleh murid, seperti nilai yang rendah, ketidakmampuan untuk mengikuti pelajaran, atau perilaku yang mengganggu.
    • Nada Negatif: Suasana diskusi cenderung negatif, dengan penekanan pada apa yang salah atau perlu diperbaiki. Misalnya, “Murid ini selalu terlambat dan tidak pernah menyelesaikan tugas tepat waktu.”
    • Solusi Eksternal: Solusi yang diusulkan sering kali berasal dari luar murid, seperti memberikan lebih banyak tugas tambahan atau menghubungi orang tua untuk intervensi.

Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan

    • Fokus pada Kekuatan dan Potensi: Diskusi berfokus pada kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh murid, serta bagaimana mengembangkannya lebih lanjut. Misalnya, “Murid ini sangat kreatif dalam seni. Bagaimana kita bisa memanfaatkan kreativitasnya untuk meningkatkan keterlibatannya dalam pelajaran lain?”
    • Nada Positif: Suasana diskusi lebih positif dan optimis, dengan penekanan pada apa yang bisa dilakukan untuk mendukung perkembangan murid. Misalnya, “Murid ini memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Mari kita cari cara untuk menantangnya lebih dalam pelajaran matematika.”
    • Solusi Internal: Solusi yang diusulkan berasal dari dalam murid, dengan asumsi bahwa mereka memiliki kapasitas dan potensi untuk mengatasi tantangan mereka sendiri dengan dukungan yang tepat.


2 comments:

Silahkan berkomemtar sesuai dengan topik artikel yang di bahas. Tidak boleh memasang link.