Tujuan Pembelajaran Khusus:
1. Guru Jawa Barat mampu membuat refleksi
diri tentang Sekolah sebagai Institusi Moral untuk membentuk karakter para
warganya.
2. Guru Jawa Barat mampu mengidentifikasi
dan memahami prinsip-prinsip etika yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan
universal, serta mengaitkannya dengan nilai-nilai yang disepakati dan diyakini
dalam proses pengambilan keputusan dilema etika
Kegiatan
Kegiatan ini merupakan bagian dari alur ringkasan materi belajar di
Program Guru PenggerakJawa Barat. Pada kegiatan ini, Anda akan melakukan sebuah
refleksi diri sejauh mana Anda mengenal dan memahami Sekolah sebagai Institusi
Moral. Seorang pemimpin di sebuah kelas atau sekolah akan menghadapi situasi di
mana pemimpin tersebut perlu mengambil suatu keputusan yang mengandung dilema
secara etika, dan berkonflik di antara nilai-nilai kebajikan universal yang
sama- sama benar. Sebagai pemantik proses refleksi jawab pertanyaan berikut dan
jawaban tidak perlu ditulis namun tetap perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh.
1. Pengalaman apa yang paling berkesan bagi
Anda, ketika menghadapi suatu permasalahan di sekolah yang terkait dengan
dilema etika dan moral?
Guru mengetahui bahwa salah satu muridnya mengalami kekerasan di rumah. Murid tersebut memohon agar guru tidak memberitahu pihak berwenang karena takut akan konsekuensinya. Guru harus memilih antara melindungi murid dari kekerasan lebih lanjut atau menghormati keinginan murid untuk tidak melaporkan.
2. Bagaimana posisi Anda ketika itu yang
harus ikut andil dalam pengambilan keputusan?
Situasi ini sangat sulit dan memerlukan pertimbangan yang hati-hati. Sebagai guru, tanggung jawab utama adalah melindungi kesejahteraan dan keselamatan murid. Meskipun keinginan murid untuk tidak melaporkan kekerasan harus dihormati, keselamatan mereka tetap menjadi prioritas utama.
3. Bagaimana Anda bisa menyelesaikan permasalahan
tersebut?
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil dalam situasi ini:
- Mendengarkan dan Mendukung: Berikan dukungan emosional kepada murid dan pastikan mereka merasa didengar dan dipahami.
- Konsultasi dengan Profesional: Bicarakan situasi ini dengan konselor sekolah atau profesional lain yang berpengalaman dalam menangani kasus kekerasan anak.
- Melaporkan Kekerasan: Meskipun murid meminta untuk tidak melaporkan, sebagai guru, Anda mungkin memiliki kewajiban hukum untuk melaporkan kekerasan kepada pihak berwenang untuk melindungi murid dari bahaya lebih lanjut.
- Memberikan Informasi: Jelaskan kepada murid mengapa melaporkan kekerasan adalah langkah yang penting untuk keselamatan mereka dan bagaimana prosesnya akan berjalan.
- Rencana Keamanan: Bekerja sama dengan murid dan profesional lain untuk membuat rencana keamanan yang dapat membantu melindungi murid dari kekerasan lebih lanjut.
4. Siapa saja yang berperan dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut?
Dalam situasi seperti ini, beberapa pihak yang berperan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut meliputi:
- Guru: Sebagai orang yang pertama kali mengetahui masalah ini, guru memiliki tanggung jawab untuk melindungi murid dan mengambil langkah-langkah yang tepat.
- Konselor Sekolah: Konselor dapat memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada murid serta membantu dalam membuat keputusan yang tepat.
- Pihak Berwenang: Ini termasuk polisi atau layanan perlindungan anak yang memiliki kewenangan untuk menangani kasus kekerasan dan memastikan keselamatan murid.
- Orang Tua atau Wali: Jika memungkinkan dan aman, melibatkan orang tua atau wali yang tidak terlibat dalam kekerasan dapat membantu dalam memberikan dukungan tambahan.
- Layanan Sosial: Organisasi atau lembaga yang menyediakan bantuan dan perlindungan bagi anak-anak yang mengalami kekerasan.
- Dokter atau Tenaga Medis: Jika murid mengalami cedera fisik, tenaga medis dapat memberikan perawatan yang diperlukan dan mendokumentasikan bukti kekerasan.
5. Apa inspirasi atau hikmah yang Anda
dapatkan dari peristiwa tersebut?
- Pentingnya Keberanian: Guru menunjukkan keberanian dalam menghadapi situasi sulit dan membuat keputusan yang berat demi keselamatan murid.
- Nilai Empati: Guru belajar untuk lebih memahami dan merasakan apa yang dialami oleh murid, yang memperkuat hubungan dan kepercayaan antara guru dan murid.
- Tanggung Jawab Moral: Peristiwa ini mengingatkan kita akan tanggung jawab moral untuk melindungi mereka yang rentan, meskipun itu berarti harus mengambil langkah yang sulit.
- Kekuatan Dukungan: Dukungan emosional dan psikologis yang diberikan oleh guru dan profesional lainnya dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan murid yang mengalami kekerasan.
- Pentingnya Kerjasama: Menyelesaikan masalah seperti ini memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, menunjukkan bahwa kita tidak bisa bekerja sendiri dalam menghadapi masalah yang kompleks.
- Kesadaran Akan Hak Anak: Peristiwa ini meningkatkan kesadaran akan hak-hak anak dan pentingnya melindungi mereka dari segala bentuk kekerasan.
Kasus 1
Ibu Dini adalah kepala sekolah SMA Insan Gemilang. Ia
seorang kepala sekolah yang cerdas, berbakat, dan juga inovatif. Ia juga
memiliki pembawaan yang supel dan menyenangkan. Setiap pagi bu Dini akan
meluangkan waktu untuk berjalan berkeliling sekolah, mengunjungi kelas-kelas,
menyapa guru-guru, dan mendengarkan cerita mereka dan memberi mereka semangat.
Murid-murid dan guru-guru akrab dengan Bu Dini. Anggota komunitas sekolah
memiliki hubungan yang positif dengannya, dan mereka menaruh kepercayaan yang
tinggi padanya.
Selain sebagai seorang kepala sekolah, Ibu Dini juga
seorang wirausahawan yang sukses dalam bidang kuliner. Selama ini ia dapat
membagi waktunya dengan baik. Ia tidak pernah mencampuradukkan urusan
pekerjaannya di sekolah dengan bisnisnya.
Semakin lama bisnis kuliner Ibu Dini berkembang pesat.
Bisnisnya mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai UKM berprestasi dan Ibu
Dini mendapat hadiah berupa pelatihan bisnis selama 3 bulan di bawah bimbingan
mentor-mentor pebisnis yang sukses. Ini artinya Ibu Dini harus meninggalkan
sekolahnya selama 3 bulan karena lokasi pelatihan di luar kota. Padahal
baru-baru ini ia banyak mendapat laporan bahwa sedang banyak terjadi
permasalahan di SMA Insan Gemilang, sekolah yang ia pimpin. Guru-guru mulai menurun
motivasi kerjanya, siswa-siswa banyak yang melanggar peraturan, dan orangtua
murid yang mengeluh karena menurunnya kualitas pendidikan di SMA Insan
Gemilang.
Bila ia mengikuti program pelatihan bisnis itu, artinya ia
harus meninggalkan sekolah lagi selama 3 bulan di tengah kondisi sekolah yang
sedang membutuhkan kehadirannya. Di sisi lain ia sangat ingin mengikuti program
tersebut karena ia yakin akan mendapat banyak ilmu untuk mengembangkan bisnis
kulinernya. Ada dilema antara kepentingannya sebagai individu dan kepentingan
orang banyak yaitu warga sekolah di sini. Manakah yang sebaiknya ia pilih?
Tugas Anda
Setelah membaca kasus tersebut diatas,
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Siapa yang menghadapi dilema?
- Ibu Dini, kepala sekolah SMA Insan Gemilang, yang juga seorang wirausahawan sukses.
Apakah dua kebenaran yang ada?
- Adalah benar jika tokoh tersebut memilih untuk tetap di sekolah karena sekolah sedang mengalami banyak permasalahan yang membutuhkan kehadirannya untuk memberikan solusi dan motivasi kepada guru dan siswa.
- Tapi benar juga jika dia memilih untuk mengikuti program pelatihan bisnis karena ini adalah kesempatan langka yang dapat memberikan ilmu dan pengalaman berharga untuk mengembangkan bisnis kulinernya lebih lanjut.
Paradigma mana yang terjadi pada kasus ini?
- Dilema kepentingan individu lawan kepentingan orang banyak.
Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk kasus yang sama? Bila iya, yang mana dan mengapa?
- Ya, lebih dari satu dilema dapat berlaku untuk kasus ini. Selain dilema antara kepentingan individu dan kepentingan orang banyak, ada juga dilema jangka pendek lawan jangka panjang. Dalam jangka pendek, kehadiran Ibu Dini di sekolah sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah yang ada. Namun, dalam jangka panjang, mengikuti pelatihan bisnis dapat memberikan manfaat besar bagi perkembangan bisnisnya dan mungkin juga memberikan inspirasi dan manfaat bagi sekolah di masa depan.
Kasus 2
Hari ini murid-murid kelas 8 di SMP Pelita senang sekali
karena mereka akan melakukan studi lapangan ke Taman Safari Cisarua Bogor
sebagai bagian dari pelajaran Biologi. Untuk mengikuti studi lapangan ini,
setiap murid harus membayar biaya ekstra. Ada 3 murid yang belum membayar oleh
karena itu mereka tidak akan mengikuti studi lapangan ini, salah satunya adalah
Danang, seorang murid yang sangat cerdas, suka belajar Biologi, dan
bercita-cita menjadi seorang dokter hewan. Murid-murid yang tidak bisa mengikuti
studi lapangan sudah diberikan tugas pengganti oleh guru Biologi, yaitu
mengamati hewan dan perilakunya, yang secara substansi sama dengan tugas
yang dilakukan murid-murid lain yang berstudi lapangan ke Taman Safari.
Ketika murid-murid sedang sibuk mempersiapkan diri untuk
naik ke dalam bus pariwisata yang akan membawa mereka ke Taman Safari, Ibu
Dita, guru Biologi sekaligus ketua panitia studi lapangan ini, melihat Danang
datang ke sekolah bersama orangtuanya. Danang membawa ransel dan terlihat siap
untuk bergabung dalam kegiatan ini. Orangtua Danang mengatakan pada Ibu Dita
bahwa anaknya sangat ingin mengikuti kegiatan ini, dan memohon agar Danang
diperbolehkan mengikutinya dan mereka berjanji akan membayar dengan cara
mencicil. Ibu Dita bingung sekali dengan situasi tersebut. Akhirnya Ibu Dita
pun mengajak orang tua Danang untuk bertemu dengan kepala sekolah, Pak Pandu.
Bila Anda berada dalam posisi Pak Pandu, apa yang akan Anda
lakukan? Menurut peraturan, Danang tidak bisa mengikuti program studi lapangan
karena belum membayar biayanya, namun Pak Pandu sadar betul, kalau ia
menerapkan peraturan itu, Danang akan sedih dan kecewa, karena ia sudah
mempersiapkan diri dan sangat ingin mengikuti kegiatan, namun bila Pak Pandu
memperbolehkan, bagaimana dengan murid lain yang juga belum membayar dan
memutuskan untuk tidak ikut?
Siapa yang menghadapi dilema?
- Pak Pandu, kepala sekolah SMP Pelita.
Apakah dua kebenaran yang ada?
- Adalah benar jika tokoh tersebut mematuhi peraturan dan tidak memperbolehkan Danang mengikuti studi lapangan karena peraturan harus diterapkan secara adil dan konsisten untuk semua murid.
- Tapi benar juga jika dia memperbolehkan Danang mengikuti studi lapangan dengan janji pembayaran cicilan karena Danang sangat ingin mengikuti kegiatan ini dan sudah mempersiapkan diri, serta ini adalah kesempatan penting bagi perkembangan akademis dan cita-citanya.
Paradigma mana yang terjadi pada kasus ini?
- Dilema keadilan lawan kepedulian.
Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk kasus yang sama? Bila iya, yang mana dan mengapa?
- Ya, lebih dari satu dilema dapat berlaku untuk kasus ini. Selain dilema keadilan lawan kepedulian, ada juga dilema aturan lawan fleksibilitas. Mematuhi aturan berarti semua murid diperlakukan sama tanpa pengecualian, sementara fleksibilitas memungkinkan penyesuaian berdasarkan situasi individu yang unik dan mendesak.
Kasus 3
Anda adalah seorang kepala sekolah di sebuah sekolah
menengah pertama (SMP) swasta. Pak Doddy adalah seorang guru Matematika di
sekolah yang Anda pimpin. Ia adalah guru yang kompeten dan memiliki semangat
belajar yang tinggi. Ia menguasai bidang yang diajarkan, dan metode mengajarnya
juga mudah dimengerti oleh murid- murid, namun ia memiliki beberapa masalah
dalam pengendalian emosi, pengelolaan waktu, dan integritas. Beberapa kali Anda
mendapat keluhan baik dari murid-murid maupun orang tua murid bahwa Pak Doddy
kerap marah-marah pada murid-muridnya ketika ia kecewa pada sikap atau kinerja
mereka.
Pak Doddy juga kerap kali terlambat dalam menyelesaikan
tanggung jawabnya, seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, membuat
soal ujian, dan juga mengisi nilai rapor murid. Kejadian terakhir, Pak Doddy
terbukti memanipulasi laporan keuangan kepanitiaan kegiatan studi wisata kelas
7 ke Yogya, dimana ia menjadi bendaharanya. Anda telah menyampaikan
keluhan-keluhan murid-murid dan orang tua murid pada Pak Doddy, menegurnya atas
tindakan memanipulasi laporan keuangan, dan membimbingnya untuk memperbaikinya,
namun tidak terdapat perbaikan apa-apa. Akhirnya di akhir tahun ajaran, Anda
memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja Pak Doddy.
Pak Doddy dapat menerima keputusan sekolah. Ia segera
mencari pekerjaan baru dengan melamar ke beberapa sekolah. Pak Doddy juga
secara personal meminta Anda untuk memberikan rekomendasi bila ada sekolah yang
memintanya. Anda pun mengiyakannya. Pada suatu hari, Anda mendapat email dari
bagian Sumber Daya Manusia/SDM, SMA Cahaya Hati yang meminta Anda mengisi
lembar rekomendasi mengenai kinerja Pak Doddy sehubungan dengan lamaran Pak
Doddy ke sekolah tersebut sebagai Koordinator Guru Matematika. Di formulir itu
ada beberapa pertanyaan tentang pengendalian emosi, pengelolaan waktu, dan
integritas.
Anda paham betul bahwa kalau Anda mengisi formulir dengan
sebenar-benarnya, Pak Doddy tidak akan mendapatkan pekerjaan tersebut. Sekolah
tersebut adalah sekolah yang baik, dan posisi yang dituju adalah posisi yang
strategis. Anda juga tahu, sebagai kepala keluarga dengan istri yang tidak
bekerja dan 3 anak yang masih kecil-kecil, Pak Doddy sangat membutuhkan
pekerjaan ini. Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan mengisi formulir
tersebut dengan apa adanya, atau akan Anda buat sedikit lebih baik dari fakta
yang terjadi? Apa pertimbangan Anda ketika melakukan hal tersebut?
Siapa yang menghadapi dilema?
- Kepala sekolah SMP swasta yang memimpin Pak Doddy.
Apakah dua kebenaran yang ada?
- Adalah benar jika tokoh tersebut mengisi formulir dengan sebenar-benarnya karena kejujuran dan integritas adalah nilai yang penting, dan memberikan informasi yang akurat adalah tanggung jawab moral dan profesional.
- Tapi benar juga jika dia mengisi formulir dengan sedikit lebih baik dari fakta yang terjadi karena Pak Doddy sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk menghidupi keluarganya, dan memberikan rekomendasi yang lebih baik dapat membantu dia mendapatkan pekerjaan tersebut.
Paradigma mana yang terjadi pada kasus ini?
- Dilema kejujuran lawan kepedulian.
Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk kasus yang sama? Bila iya, yang mana dan mengapa?
- Ya, lebih dari satu dilema dapat berlaku untuk kasus ini. Selain dilema kejujuran lawan kepedulian, ada juga dilema tanggung jawab profesional lawan empati pribadi. Sebagai kepala sekolah, tanggung jawab profesional adalah memberikan informasi yang akurat dan jujur. Namun, sebagai individu yang peduli, ada keinginan untuk membantu Pak Doddy mendapatkan pekerjaan yang sangat dibutuhkan.
Kasus 4
SMA Permata adalah sekolah swasta berlokasi di Jakarta
dengan banyak prestasi yang membanggakan. Setiap tahunnya animo masyarakat
untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah selalu tinggi. Hal ini tidak
terlepas dari peran yayasan yang menaungi sekolah tersebut yang selalu
memperhatikan kepentingan para guru-guru sekolah tersebut.
Tahun ini, seperti biasa yayasan akan mengadakan rapat
kerja dimana para kepala sekolah harus melaporkan kegiatan tahun ajaran yang
telah berjalan dan mempresentasikan rencana kegiatan dan anggaran sekolah untuk
tahun ajaran depan.
Bapak Zulkarnain, sebagai kepala sekolah mengajukan dua
program untuk para guru yaitu program pelatihan guru tentang penggunaan
teknologi dalam pembelajaran, dan program outbound team building guru ke
Puncak, Ciawi. Namun ketua yayasan meminta Bapak Zulkarnain untuk memilih salah
satu program saja, tidak bisa dua-duanya karena anggaran tahun depan juga akan
dialokasikan untuk pembangunan gedung perpustakaan yang baru, mengingat
perpustakaan yang lama sudah tidak memadai untuk jumlah murid yang semakin bertambah.
Pak Zulkarnain menjadi bimbang, di satu sisi program
pelatihan ini sangat dibutuhkan guru-guru. Dalam jangka panjang guru-guru mau
tidak mau harus harus terampil menggunakan teknologi dalam pembelajaran untuk
menunjang proses pembelajaran yang interaktif, menarik, dan bermakna bagi
murid-murid. Dari hasil supervisi akademik yang dilakukan Pak Zulkarnain dan
tim bidang akademik, sebagian besar guru-guru belum terampil menggunakan
teknologi dalam pembelajaran.
Namun Pak Zulkarnain juga memahami, setelah hampir 2 tahun
masa pandemi dan pembelajaran dilakukan secara daring, ditinjau dari aspek
sosial dan emosional, para guru membutuhkan program outbound ini untuk
memperkuat ikatan emosi dan sosial antar mereka agar dapat kembali bekerja sama
dalam sebuah tim dengan baik, serta bersemangat kembali ke sekolah menyambut
murid-murid belajar dalam pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT).
Bila Anda berada dalam posisi Bapak Zulkarnain, apa yang
akan Anda lakukan? Apakah Anda akan memilih program pelatihan guru dalam bidang
teknologi atau melaksanakan program outbound team building? Apa alasannya?
Siapa yang menghadapi dilema?
- Bapak Zulkarnain, kepala sekolah SMA Permata.
Apakah dua kebenaran yang ada?
- Adalah benar jika tokoh tersebut memilih program pelatihan guru dalam bidang teknologi karena dalam jangka panjang, keterampilan teknologi sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan membuat proses belajar mengajar lebih interaktif dan menarik bagi murid-murid.
- Tapi benar juga jika dia memilih program outbound team building karena setelah hampir dua tahun masa pandemi, guru-guru membutuhkan penguatan ikatan sosial dan emosional untuk bekerja sama dengan baik dan kembali bersemangat dalam mengajar secara tatap muka.
Paradigma mana yang terjadi pada kasus ini?
- Dilema kebutuhan jangka panjang lawan kebutuhan jangka pendek.
Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk kasus yang sama? Bila iya, yang mana dan mengapa?
- Ya, lebih dari satu dilema dapat berlaku untuk kasus ini. Selain dilema kebutuhan jangka panjang lawan kebutuhan jangka pendek, ada juga dilema pengembangan profesional lawan kesejahteraan emosional. Pengembangan profesional melalui pelatihan teknologi sangat penting untuk masa depan pendidikan, sementara kesejahteraan emosional melalui outbound team building penting untuk menjaga semangat dan kerjasama tim guru.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Bapak dan Ibu Guru, selamat Anda saat ini sudah berada pada akhir sesi modul. Sekarang silakan Bapak dan Ibu membangun koneksi dari materi yang sudah dipelajari. Kemudian refleksikan hasil pembelajaran Bapak dan Ibu dengan menggunakan model 4 F (Fact, Feeling, Finding, dan Future) agar lebih terinternalisasi dengan baik dan memberikan kebermaknaan
1. Guru Jawa Barat membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat dengan menggunakan media yang dipilih. Guru memilih satu media dari berbagai pilihan media yang tersedia. Unggah pada kolom yang disediakan.
2. Guru dapat melakukan refleksi untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
3. Menyusun rencana tindak lanjut perbaikan dalam meningkatkan diri untuk memahami materi dan implementasi/aksi nyata di kelas/sekolah
Kegiatan:
1. Buatlah kesimpulan materi dari modul yang
telah dipelajari oleh Bapak dan Ibu
dengan menggunakan media infografis atau video. Silakan pilih salah satu!
Unggah pada kolom yang disediakan!
2. Jawablah pertanyaan refleksi berikut ini
yang menggunakan model 4 F!
No |
Pertanyaan |
Jawaban |
1 |
Fact Apa peristiwa
yang Bapak dan Ibu lakukan saat ini? |
|
2 |
Feeling Bagaimanakah
perasaan Bapak dan Ibu setelah mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan
Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin di dalam kelas? |
|
3 |
Finding Apa
pembelajaran berharga yang Bapak Ibu dapatkan dari modul ini dikaitkan dengan
peran Bapak dan Ibu sebagai Guru di kelas? |
|
4 |
Future Apa hal yang
akan Bapak dan Ibu lakukan di masa yang akan datang jika bertemu dengan kasus
dilema etika dan bujukan moral? |
|
Jawaban
Fact : Setelah mempelajari modul Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin di dalam Kelas, Bapak dan Ibu dapat melakukan beberapa langkah berikut untuk menerapkan pembelajaran tersebut:
- Refleksi Diri: Evaluasi keputusan-keputusan yang telah diambil sebelumnya dan identifikasi area di mana nilai-nilai kebajikan dapat diterapkan lebih baik.
- Diskusi Kelompok: Adakan diskusi dengan rekan-rekan guru untuk berbagi pemahaman dan pengalaman tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan.
- Studi Kasus: Analisis studi kasus yang relevan dengan situasi di sekolah untuk memahami bagaimana nilai-nilai kebajikan dapat diterapkan dalam berbagai konteks.
- Penerapan Praktis: Mulai menerapkan nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan sehari-hari di kelas, seperti keadilan, empati, dan integritas.
- Pelatihan dan Workshop: Ikuti atau adakan pelatihan dan workshop untuk memperdalam pemahaman dan keterampilan dalam pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan.
- Mentoring: Bimbing murid-murid untuk juga mengadopsi nilai-nilai kebajikan dalam keputusan mereka, baik di dalam maupun di luar kelas.
Feeling : Setelah mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin di dalam Kelas, Bapak dan Ibu mungkin merasakan beberapa hal berikut:
- Terinspirasi: Merasa termotivasi untuk menerapkan nilai-nilai kebajikan dalam setiap keputusan yang diambil di kelas.
- Lebih Percaya Diri: Memiliki keyakinan lebih besar dalam kemampuan untuk membuat keputusan yang adil dan bijaksana.
- Reflektif: Merenungkan kembali keputusan-keputusan sebelumnya dan bagaimana nilai-nilai kebajikan dapat diterapkan lebih baik.
- Empati: Merasa lebih memahami pentingnya empati dan keadilan dalam interaksi dengan murid-murid.
- Bertanggung Jawab: Merasa tanggung jawab yang lebih besar untuk menjadi teladan dalam pengambilan keputusan yang etis dan bermoral.
Finding Dari modul Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin di dalam Kelas, Bapak dan Ibu mungkin mendapatkan beberapa pembelajaran berharga yang dapat diterapkan dalam peran sebagai guru:
- Pentingnya Integritas: Memahami bahwa keputusan yang diambil harus selalu didasarkan pada kejujuran dan integritas, sehingga dapat menjadi teladan bagi murid-murid.
- Empati dalam Pengambilan Keputusan: Menyadari pentingnya mempertimbangkan perasaan dan kebutuhan murid dalam setiap keputusan, sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan suportif.
- Keadilan dan Kesetaraan: Belajar untuk selalu berusaha adil dalam perlakuan terhadap semua murid, memastikan bahwa setiap murid mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.
- Tanggung Jawab Moral: Menyadari bahwa sebagai guru, keputusan yang diambil tidak hanya mempengaruhi diri sendiri tetapi juga murid-murid dan komunitas sekolah secara keseluruhan.
- Kolaborasi dan Komunikasi: Menghargai pentingnya bekerja sama dengan rekan-rekan guru dan berkomunikasi secara efektif untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid.
- Refleksi Diri: Mengembangkan kebiasaan untuk selalu merefleksikan keputusan yang telah diambil dan belajar dari pengalaman untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran.
Future : Jika saya bertemu dengan kasus dilema etika dan bujukan moral di masa yang akan datang, beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
- Refleksi Diri: Luangkan waktu untuk merenungkan nilai-nilai pribadi dan profesional yang penting bagi Anda. Pertimbangkan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat memandu keputusan Anda.
- Konsultasi dengan Rekan: Diskusikan dilema tersebut dengan rekan-rekan guru atau atasan untuk mendapatkan perspektif yang berbeda dan mungkin solusi yang lebih baik.
- Mengumpulkan Informasi: Pastikan Anda memiliki semua informasi yang relevan sebelum membuat keputusan. Ini termasuk memahami konteks dan dampak dari setiap pilihan yang ada.
- Pertimbangkan Dampak Jangka Panjang: Evaluasi bagaimana keputusan Anda akan mempengaruhi murid, rekan kerja, dan komunitas sekolah dalam jangka panjang.
- Mengutamakan Kesejahteraan Murid: Selalu prioritaskan kesejahteraan dan kepentingan murid dalam setiap keputusan yang diambil.
- Mengikuti Kebijakan Sekolah: Pastikan keputusan Anda sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh sekolah.
- Bersikap Transparan: Jika memungkinkan, jelaskan alasan di balik keputusan Anda kepada pihak-pihak yang terlibat untuk memastikan mereka memahami pertimbangan yang telah diambil.
- Belajar dari Pengalaman: Setelah menghadapi dilema, refleksikan proses pengambilan keputusan Anda dan pelajari apa yang bisa ditingkatkan untuk situasi serupa di masa depan.
Sangat membantu sekali bagi saya yang sudah mau purna...
ReplyDeleteterimakasih ibu atas pencerahannya
ReplyDelete