Eubacteria dan Archaebacteria adalah dua kelompok utama dalam kerajaan Monera yang terdiri dari organisme bersel tunggal (prokariotik). Meskipun keduanya tampak mirip dalam hal struktur dasar, mereka memiliki perbedaan yang cukup signifikan:
Dinding Sel:
- Eubacteria: Dinding sel Eubacteria mengandung peptidoglikan, suatu polimer yang memberikan kekakuan pada dinding sel mereka.
- Archaebacteria: Dinding sel Archaebacteria tidak mengandung peptidoglikan, tetapi mengandung protein dan polisakarida yang berbeda. Struktur ini membuatnya lebih tahan terhadap kondisi ekstrem.
Lingkungan Hidup:
- Eubacteria: Umumnya hidup di lingkungan yang netral atau sedang (misalnya air, tanah, dan tubuh manusia).
- Archaebacteria: Cenderung hidup di lingkungan ekstrem seperti mata air panas, dasar laut yang sangat dalam, dan lingkungan dengan kadar garam tinggi (ekstremofil).
Genetik dan Biokimia:
- Eubacteria: Secara biokimia lebih mirip dengan sel-sel eukariotik (pada tumbuhan, hewan, dan jamur).
- Archaebacteria: Memiliki beberapa gen dan jalur biokimia yang mirip dengan eukariot, terutama dalam hal replikasi DNA, transkripsi, dan translasi.
Lipida Membran:
- Eubacteria: Memiliki lipid fosfolipid berantai lurus dalam membran sel.
- Archaebacteria: Lipid membrannya memiliki rantai hidrokarbon bercabang dan ikatan eter yang lebih tahan panas dan tekanan tinggi.
Sensitivitas terhadap Antibiotik:
- Eubacteria: Rentan terhadap beberapa antibiotik seperti penicillin.
- Archaebacteria: Biasanya tahan terhadap antibiotik yang mengganggu sintesis dinding sel Eubacteria.
Singkatnya, meskipun keduanya adalah organisme prokariotik, Archaebacteria memiliki adaptasi unik yang memungkinkan mereka bertahan di lingkungan ekstrem, sedangkan Eubacteria lebih banyak ditemukan di lingkungan umum dan dikenal sebagai "bakteri sejati."
Berikut adalah beberapa contoh bakteri Archaebacteria beserta peranannya:
Methanogens (Contoh: Methanobacterium, Methanosarcina)
- Peran: Methanogens menghasilkan gas metana sebagai produk sampingan metabolisme mereka, terutama dalam kondisi anaerob. Mereka sering ditemukan di perut hewan herbivora, seperti sapi, kambing, dan domba, serta di lingkungan seperti rawa. Methanogens berperan dalam proses pencernaan hewan ruminansia dan membantu penguraian bahan organik di lingkungan anaerob.
Halophiles (Contoh: Halobacterium, Haloferax)
- Peran: Halophiles hidup di lingkungan dengan kadar garam yang sangat tinggi, seperti danau garam dan tambak garam. Mereka mampu bertahan di kondisi ekstrem dan berperan dalam menguraikan bahan organik dalam habitat berkadar garam tinggi. Selain itu, beberapa halophiles menghasilkan enzim dan pigmen yang dapat dimanfaatkan dalam industri bioteknologi, seperti produksi kosmetik atau enzim industri.
Thermoacidophiles (Contoh: Sulfolobus, Thermoplasma)
- Peran: Thermoacidophiles hidup di lingkungan yang panas dan asam, seperti mata air panas dan lahar vulkanik. Mereka mampu mengoksidasi sulfur atau hidrogen sulfida menjadi asam sulfat, yang membantu proses pembentukan mineral. Bakteri ini juga digunakan dalam bioteknologi untuk ekstraksi logam dari bijih mineral (bioleaching).
Hyperthermophiles (Contoh: Pyrolobus fumarii, Thermococcus)
- Peran: Hyperthermophiles hidup di lingkungan yang sangat panas, seperti ventilasi hidrotermal di dasar laut. Mereka memainkan peran dalam siklus nutrisi laut dalam dan dapat menguraikan bahan organik di lingkungan yang sangat ekstrem. Beberapa enzim yang dihasilkan oleh hyperthermophiles berguna dalam industri karena tahan panas dan digunakan dalam aplikasi PCR (Polymerase Chain Reaction) di laboratorium genetika.
Berikut adalah beberapa contoh bakteri Eubacteria beserta peranannya:
Escherichia coli (E. coli)
- Peran: Sebagian besar strain E. coli hidup di usus besar manusia dan hewan, membantu pencernaan dengan memecah sisa-sisa makanan dan memproduksi vitamin K. Namun, beberapa strain tertentu bersifat patogen dan dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan.
Cyanobacteria (Contoh: Anabaena, Nostoc)
- Peran: Cyanobacteria adalah bakteri fotosintetik yang menghasilkan oksigen, mirip dengan tumbuhan. Mereka berperan penting dalam ekosistem air karena membantu dalam siklus karbon dan produksi oksigen. Cyanobacteria juga menjadi sumber makanan bagi beberapa organisme akuatik dan digunakan dalam biofertilizer untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Lactobacillus (Contoh: Lactobacillus acidophilus)
- Peran: Lactobacillus merupakan bakteri asam laktat yang terdapat pada saluran pencernaan manusia dan digunakan dalam industri makanan. Mereka membantu proses fermentasi dalam pembuatan produk seperti yogurt, keju, dan kimchi, serta menjaga keseimbangan bakteri baik di usus.
Nitrosomonas
- Peran: Nitrosomonas berperan dalam proses nitrifikasi di tanah, mengoksidasi amonia menjadi nitrit. Proses ini merupakan bagian dari siklus nitrogen yang penting untuk kesuburan tanah karena membantu penyediaan nitrogen dalam bentuk yang dapat diserap oleh tanaman.
Streptomyces
- Peran: Streptomyces adalah genus bakteri yang hidup di tanah dan terkenal karena menghasilkan antibiotik, seperti streptomisin. Selain itu, bakteri ini membantu menguraikan bahan organik di tanah, sehingga berperan dalam menjaga kesuburan tanah dan siklus karbon.
Rhizobium
- Peran: Rhizobium hidup di akar tanaman legum (seperti kacang-kacangan) dan membentuk simbiosis dengan tanaman tersebut untuk mengikat nitrogen dari udara. Rhizobium mengubah nitrogen menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman, sehingga meningkatkan kesuburan tanah tanpa perlu tambahan pupuk nitrogen.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomemtar sesuai dengan topik artikel yang di bahas. Tidak boleh memasang link.